MENJAGA PAHAM MULTIKULTURALISME



          Indonesia dikenal sebagai negara kaya ras, suku, budaya, dan agama. Keragaman ini merupakan suatu kekayaan yang harus dijaga dari ancaman yang dapat merusaknya. Di kancah Internasional, Indonesia juga dikenal sebagai negara yang menjaga toleransi antar sesama di tengah banyak perbedaan. Tentulah hal itu merupakan kebanggaan yang patut kita syukuri.
            Di beberapa daerah di Indonesia berdiri tempat ibadah berbagai agama yang berdampingan. Dalam pelaksanaannya berjalan dengan damai dan tidak ada ancaman. Seperti yang dilakukan Pemuda Katolik dan Gereja Masehi Injili di Minahasa (GMIM) yang menjaga keamanan selama perayaan lebaran 2017 di sejumlah tempat di Kabupaten Minahasa Provinsi Sulawesi Utara. Keadaan tersebut terjadi karena masyarakat Indonesia sebagian besar sudah menyadari pentingnya toleransi antar umat beragama di tengah banyaknya perbedaan. Sebagai warga negara Indonesia yang memiliki 5 asas pancasila sebagai dasar berbangsa dan bernegara, perbedaan bukanlah alasan untuk tidak bekerja sama dalam menjalin kerukunan.
            Namun dewasa ini, kesadaran akan multikulturalisme menurun di Indonesia. Tentu saja, keadaan ini menjadi kekhawatiran kita sebagai warga negara Indonesia. Masyarakat mudah terprovokasi oleh canggihnya media komunikasi yang memberikan informasi paham radikal yang membahayakan keutuhan NKRI. Tidak hanya itu, di beberapa daerah di Indonesia mulai bermunculan organisasi Islam yang menganut paham radikal dengan pengetahuan agama yang mendasar, sehingga golongan tersebut menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuan. Berbagai upaya yang mereka lakukan seperti memaksakan kehendak yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka, melakukan tindakan anarkis, menyebarkan informasi yang radikal melalui media komunikasi dan mempengaruhi elemen masyarakat dengan cara yang tidak seharusnya dilakukan.
            Tindakan anarkis yang diikuti aksi teror menuai banyak kecemasan dan ketakutan masyarakat Indonesia. Keadaan tersebut akan berdampak pada keadaan sosioekonomi. Masyarakat akan cenderung takut untuk keluar rumah, sehingga potensi pendapatan akan menurun. Infrastruktur akan rusak dan mengganggu jalannya sektor ekonomi yang sedang berjalan. Begitu pula dengan sektor pariwisata, wisatawan asing akan berfikir dua kali untuk mengunjungi tempat wisata di Indonesia. Ketidakstabilan sosiopolitik menyebabkan para investor akan mengurungkan niat untuk berinvestasi. Apabila keadaan tersebut terjadi secara terus menerus, maka akan berujung pada pertumbuhan ekonomi yang lesu.
            Oleh karena itu diperlukan upaya deradikalisasi untuk menurunkan paham radikal yang membahayakan NKRI. Deradikalisasi adalah sebuah upaya untuk menurunkan paham radikal dari : kecenderungan memaksakan kehendak, keinginan menghakimi orang yang berbeda dari mereka, keinginan mengubah negara bangsa menjadi negara agama dan menghalalkan segala macam cara kekerasan dan anarkis dengan mencapai keinginan, serta kecenderungan sikap bersifat eksklusif. Paham radikal yang mulai tumbuh di kalangan masyarakat dan mahasiswa sudah seharusnya dikembalikan menjadi paham multikulturalisme. Upaya deradikalisasi tersebut dilakukan dengan tujuan untuk menjaga keutuhan negara Indonesia yang memiliki banyak perbedaan.
            Upaya deradikalisasi dapat dilakukan dengan 3 (tiga) cara yaitu melalui formal, nonformal dan informal. Upaya formal dapat dilakukan melalui lembaga pendidikan. Peran lembaga pendidikan diperlukan dalam menanamkan paham moderat sebagai warga Indonesia. Mengingat pendidikan memegang peran penting dalam pembentukan karakter, sehingga kita tidak bisa lepas dari pendidikan. Kemudian upaya ke dua yaitu nonformal yang dapat dilakukan di lingkungan tempat individu beradaptasi dan menyesuaikan dengan sesama makhluk sosial. Masyarakat harus dituntut untuk peka terhadap masalah sosial, tidak apatis dan turut aktif dalam memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan keutuhan NKRI. Tuntutan itu diperlukan, karena dibutuhkan dalam membangun pemikiran yang anti radikal seiring perkembangan zaman yang semakin kompleks. Upaya terakhir yaitu informal, diantara upaya lainnya, upaya informal merupakan upaya yang paling penting untuk ditekankan kepada karakter setiap individu. Lingkungan informal salah satunya dapat ditemukan di lingkungan keluarga. Mengapa upaya informal ini sangat perlu ditekankan? karena pendidikan pertama yang akan diperoleh anak adalah di lingkungan keluarga. Lembaga keluarga disebut juga sebagai lembaga primer. Sikap, pemikiran dan karakter individu sangat ditentukan serta dipengaruhi oleh keadaan keluarga. Oleh karena itu individu diupayakan lebih disiapkan dalam upaya informal ini, kemudian apabila individu sudah dirasa cukup dalam lingkungan informal maka langkah selanjutnya adalah ke dua upaya yang telah disebutkan di atas.

            Dalam upaya deradikalisasi dibutuhkan peran berbagai kalangan dalam mensukseskan upaya tersebut. Peran mahasiswa salah satunya. Sesuai dengan fungsi mahasiswa sebagai agent of control masyarakat dan agent of change, mahasiswa dan kaum intelektual sudah seharusnya berfungsi sebagai penengah dalam gejolak yang ada di masyarakat. Mahasiswa harus mampu berdiri tegak mengatasi masalah radikal yang akhir-akhir ini terjadi. Berbagai upaya deradikalisasi yang dapat dilakukan mahasiswa adalah aktif di berbagai forum komunikasi. Kegiatan yang dapat dilakukan adalah memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai pentingnya paham moderat di tengah banyak perbedaan yang ada di Indonesia, serta tidak cepat terpengaruh dengan organisasi-organisasi radikal yang tengah berkembang di masyarakat. 
close